Panen Udang Berteknologi EM4

Budidaya tambak udang bukan sesuatu yang mudah. Salah urus, bisa-bisa udang yang dipelihara mati sebelum dipanen. Kini saatnya, petambak memperbaiki sistem budidaya udang dengan menggunakan teknologi EM Perikanan dan Tambak.

Dewasa ini semakin banyak ditemukan kegagalan-kegagalan panen dalam budidaya tambak udang akibat terganggunya ekosistem lingkungan air dan tanah dasar tambak akibat pembusukan sisa-sisa pakan, kotoran dan tubuh udang yang mati.

Pola aplikasi tambak dengan teknologi Effektif Microorganisme (EM4), merupakan solusi memperbaiki sistem budidaya tambak, baik tambak dengan sistem tradisional, intensif maupun polikultur yang selama ini, tengah resah mencari jawaban problem yang dihadapinya. Persoalan yang dihadapi itu misalnya, pertumbuhan udang yang lambat, daya tahan yang lemah serta mudahnya terserang penyakit hingga mengalami kematian.

Teknologi EM adalah kultur campuran cair mikroorganisme terdiri dari lima kelompok mikroorganisme yaitu bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp), bakteri asam laktat (Lactobacillus Spp), Actinomycetes, Streptomyces sp, jamur fermentasi (Aspergillus, sp) dan ragi atau yeast (sacharomyces sp).

Mikroorganisme pada EM yang bisa diaplikasikan pada perikanan air tawar ini, berfungsi memfermentasi bahan organik menjadi senyawa – senyawa organik yang tidak beracun. Mengubah proses pembusukan bahan organik menjadi proses fermentasi.


Aplikasi EM Pengolahan Tambak

Untuk mengolah tambak dengan teknologi EM4, langkah pertama adalah pengeringan tambak agar tanah dasar tambak terjemur sinar matahari, pengeringan ini bertujuan agar hama seperti siput, tiram, srindit, dan bakteri penyebab penyakit mati, serta untuk memperbaiki reaksi bio-kimiawi tanah (Redoks) berlangsung dengan baik.

Kemudian, pengangkatan tanah dasar dan perbaikan bangunan tambak bertujuan agar tanah dasar yang penuh dengan sisa bahan organik diangkat dan ditaruh diatas pematang dan perbaikan bangunan tambak. Selanjutnya areal tambak dijemur 2 – 3 hari, kemudian di cek pH tanah dasar untuk menentukan dosis pengapuran. Selanjutnya dilakukan penyuburan lahan tambak, untuk meningkatkan jumlah pakan alami, pemupukan ini dilakukan dengan mempergunakan pupuk organik (bokashi).Perlakukan saat pemeliharaan (pengolahan air), EM sangat diperlukan. Begitu juga saat pergantian air, perlakukan saat pemberian pakan (disemprotkan ke dalam pakan).

Dari hasil penelitian yang dilakukan tim Ahli PT. Songgolangit dapat diketahui EM4 dapat mengatasi pencemaran air akibat akumulasi limbah organik.Dalam budidaya organik, pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan pestisida alami, seperti saponin yang berasal dari bungkil teh. Umumnya kandungan saponin dalam bungkil teh di Indonesia berkisar antara 10 – 15%, saponin inilah yang digunakan sebagai racun dan dosis penggunaannya antara 150 - 200 kg per ha. Penggunaan saponin ini akan efektif pada siang hari sekitar pukul 12.00 – 14.00, daya racunnya akan meningkat dengan naiknya salinitas

Keuntungan lain menggunakan teknologi EM4, dapat meningkatkan daya tahan, memfermentasikan sisa pakan, kotoran dan cangkang yang terdapat di dasar tambak, juga mengurai gas amoniak, methan dan hidrogen sulfida yang dapat mengganggu kehidupan udang.

EM4 juga mampu meningkatkan oksigen terlarut (DO) sehingga air menjadi bersih dan tidak perlu penggantian air berulang-ulang karena kualitas air tetap terjaga serta aman bagi lingkungan.Untuk mendongkrak hasil produksi, syaratnya air dalam tambak harus terhindar dari pencemaran bahan kimia. Sementara mengatasi pencemaran air sendiri kuncinya hanya dengan teknologi EM pengolahan tambak. Kenapa? Karena EM berperan sebagai stabilisator lingkungan tanah dasar tambak yang berlangsung secara alami akibat proses fermentasi. Untuk itu, teknologi EM sangat tepat diterapkan untuk menanggulangi masalah tersebut. (A)

Komentar