Peserta APNAN Kagum Penerapan EM di Indonesia

Dari 100 negara yang menerapkan teknologi Effektive Mikroorganisme (EM), Indonesia tercatat sebagai negara terbaik dalam pemerapan teknologi ramah lingkungan ini. membuat kagum 70 peserta dari 17 negara yang hadir dalam acara APNAN Meeting beberapa waktu lalu di Inna Grand Bali Beach Hotel Sanur Bali.

 Bahkan dalam pertemuan APNAN Meeting tahun lalu, para punggawa APNAN telah mengintruksikan agar peserta APNAN, melihat dari dekat apa yang telah dilakukan Indonesia dalam pengembangan teknologi tersebut. ’’Indonesia dinilai paling besar dalam jumlah pemakaian teknologi EM khususnya dalam pengembangan pertanian organik,’’kata Gede Ngurah Wididana. Begitu juga yang dikatakan Direktur EMRO (Effective Microorganisme Research Organization) Jepang, Dr Shintani Masaki, Dari 100 negara tersebut, 54 negara di antaranya termasuk Indonesia telah memproduksi EM4 dengan menggunakan mikroorganisme yang terbesar dan tentunya sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

 ‘’Penerapan teknologi pertanian di Bali dan Indonesia umumnya dapat menjadi contoh bagi negara lain,’’kata Masaki usai pembukaan Pertemuan Internasional yang membahas berbagai perkembangan dan hambatan penerapan teknologi organik EM4 yang melibatkan sekitar 70 peserta utusan 17 negara dari 25 negara anggota. Dengan demikian, penerapan EM4 untuk mendukung pengembangan pertanian organik akan dapat mengalami perkembangan pesat disemua negara yang sudah menerapkan teknologi asli Jepang ini. Gede Ngurah Wididana yang juga Direktur Utama PT. Songgolangit Persada sekaligus ketua panitia pertemuan tingkat internasional tersebut di Bali menambahkan, pihaknya sebagai perintis pengembangan EM4 di Bali dan di Indonesia sejak tahun 1990 atau 26 tahun yang silam dengan belajar langsung dari penemu teknologi EM, Prof Dr Teruo Higa, seorang guru besar di Universitas Ryukyu Okinawa, Jepang. Pria yang akrab di sapa Pak Oles ini memproduksi EM4 untuk mendukung pengembangan pertanian yang ramah lingkungan menyangkut bidang peternakan, perikanan, perkebunan, tanaman pangan, disamping untuk pengolahan limbah. EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan berasal dari alam Indonesia yang bermanfaat bagi kesuburan tanah, pertumbuhan dan produksi tanaman serta ramah lingkungan. Teknologi EM pertama kali ditemukan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang yang kini diterapkan secara meluas di berbagai negara di belahan dunia.

 Pemanfaatan EM menurut Pak Oles bukan hanya untuk pertanian saja tapi bisa untuk campuran minum ternak, memandikan ternak, menyemprot kotoran ternak sehingga mampu mempercepat proses fermentasi kotoran ternak, membuat pupuk bokashi cair, membuat biourine dan mengurangi polusi bau kotoran ternak. Bahkan, kotoran ternak yang telah terfermentasi tersebut, sangat baik untuk menyuburkan tanah.

 ‘’Saya ingat dulu, dalam menghadapi krisis moneter, saat harga pupuk kimia melonjak, petani melakukan improvisasi penerapan teknologi EM untuk pemupukan dan penyuburan tanah. Dalam waktu sepuluh tahun, petani sudah merasakan manfaat penggunaan pupuk organik. Mereka menerapkan pertanian organik bukan karena isu lingkungan, tetapi karena kepepet ekonomi yang mengakibatkan mereka tidak bisa membeli pupuk kimia. Berjalan dengan waktu pada akhirnya para petani sendiri memahami makna isu lingkungan, manfaat kelestarian lingkungan untuk kesuburan tanah, arti dari pertanian terpadu untuk efisiensi produksi pertanian, Dengan bekerja mereka memahami. Dengan mengerti mereka tekun melaksanakan pertanian organik. Jika pertanian organik hanya dipelajari lewat buku dan seminar, maka petani belum tentu melaksanakannya, karena mereka belum memahami manfaatnya. ’’katanya. Sementara itu, Ketua Kyusei Nature Farming Center, Saraburi Thailand, Kanit Muangnil, berharap penerapan pertanian organik di berbagai negara itu diharapkan mampu menyelamatkan dunia dengan cara bertani yang tidak merusak keseimbangan alam, namun mampu menghasilkan produk yang sehat dan aman untuk dikonsumsi manusia dan juga hewan.

Komentar