Transformasi Limbah Rumah Tangga Menjadi Pupuk Cair

Mahasiswa Belajar Bersama Komunitas (BBK) 4 dari Universitas Airlangga (UNAIR) melaksanakan program pengabdian masyarakat selama 25 hari di Desa Randupadangan, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik. Salah satu aksi yang dilakukan mahasiswa adalah membuat pupuk cair di Desa Randu.
Program kerja yang dinamakan TERRA (Transformasi Efisien Rumah Tangga untuk Agrikultur) ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah organik dan pemanfaatan limbah rumah tangga menjadi produk yang bermanfaat, seperti pupuk cair organik. Aksi ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman masyarakat dalam mengelola sampah, yang mana mayoritas masyarakat cenderung hanya membakar sampah tersebut.
Proses pembuatan pupuk cair ini melibatkan beberapa bahan utama, yaitu larutan EM4, air gula, dan sampah rumah tangga seperti sisa sayur dan buah. EM4 (Effective Microorganisms 4) adalah produk mikroba yang digunakan untuk mempercepat proses fermentasi bahan organik. Air gula dibuat dengan melarutkan gula pasir dalam air hangat, yang berfungsi sebagai sumber energi bagi mikroorganisme dalam EM4 untuk mempercepat proses fermentasi. Sampah rumah tangga, seperti kulit buah, sayuran, dan sisa potongan sayur, dikumpulkan dan dipotong kecil-kecil untuk mempercepat proses fermentasi.
Langkah pertama dalam pembuatan pupuk cair adalah persiapan bahan. Sampah rumah tangga dipotong kecil dan air gula dibuat dengan melarutkan 600 gram gula pasir ke dalam 6 liter air hangat hingga gula larut sempurna. Selanjutnya, dalam wadah plastik atau tong yang memiliki penutup, sampah rumah tangga dimasukkan bersama dengan larutan EM4 sesuai dosis yang dianjurkan (biasanya sekitar 60 ml EM4 untuk setiap 6 liter air gula). Air gula kemudian ditambahkan ke dalam wadah tersebut dan diaduk rata.
Proses fermentasi berlangsung selama 2-3 minggu, dimana wadah pembuatan pupuk cair tersebut ditutup rapat dan disimpan di tempat yang teduh dan sejuk. Setiap 2-3 hari, wadah dibuka untuk mengeluarkan gas hasil fermentasi dan campuran diaduk agar proses fermentasi berjalan merata. Setelah 2-3 minggu, pupuk cair siap digunakan. Campuran tersebut disaring untuk memisahkan bagian cair dari sisa-sisa padat. Hasil 6 liter pupuk cair dapat dicampur dengan 60 liter air untuk menyiram tanaman, sehingga hal ini menjadi solusi pupuk organik yang ekonomis dan efektif untuk masyarakat Desa Randupadangan. “Kami melakukan demonstrasi pembuatan pupuk ini dengan tujuan untuk mengenalkan pupuk cair yang berasal dari limbah rumah tangga yang ramah lingkungan serta mudah untuk diaplikasikan” ucap Sepandan sebagai penanggungjawab proker.
Penggunaan pupuk cair organik dari sampah rumah tangga memiliki banyak manfaat, seperti mengurangi volume sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir, meningkatkan kesuburan tanah dan kesehatan tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan. Program pembuatan pupuk cair oleh mahasiswa Universitas Airlangga di Desa Randupadangan, Gresik ini diharapkan dapat menjadi contoh yang baik bagi masyarakat dalam mengelola sampah organik secara mandiri dan berkelanjutan. Selain itu, kegiatan ini juga memberikan pengetahuan praktis kepada masyarakat tentang cara membuat pupuk cair yang mudah dan murah, serta bermanfaat bagi lingkungan dan pertanian.
Link: https://unair.ac.id/transformasi-limbah-rumah-tangga-menjadi-pupuk-cair/

Komentar