Pertanian Organik (7) Diawali Dari Rumah Tangga

Oleh: Dr. Gede Ngurah Wididana*)

Pertanian organik mulai dari rumah tangga. Artinya mulai dari menggunakan limbah dapur organik, yang didaur ulang untuk pupuk organik. Secara sederhana, limbah rumah tangga dipisahkan menurut jenisnya, organik dan non organik. Limbah non organik seperti plastik, karet, besi, kaca, dan lain-lain, dikumpulkan untuk didaur ulang oleh pengelola limbah non organik (pemulung, pengepul limbah non organik), kemudian diproses daur ulang.

Limbah organik seperti daun, sisa sayur, sisa buah dan sisa makanan lain dikumpulkan untuk pupuk. Semuanya itu diolah di tempat pembuangan limbah organik untuk pupuk. Limbah sisa makanan, dalam skala kecil bisa langsung dikasih makan ayam kampung dan babi.

Dalam skala yang lebih besar, limbah sisa makanan bisa dikumpulkan secara berkelompok (RT, RW, desa dan restoran) untuk makanan ternak oleh koperasi maupun usaha kecil. Dengan cara mendaur ulang limbah dari sisa makanan untuk makanan ternak, ayam, babi dan bebek sehingga bermanfaat untuk peternakan dan mengurangi pembuangan limbah.

Limbah air cucian beras bisa dikumpulkan dan diproses atau difermentasi setiap hari untuk pupuk organik dengan menggunakan EM, yang ditampung dalam wadah botol atau jirigen bertutup kedap.

Fermentasi limbah air beras dilakukan dengan menambah gula atau molas dan EM. Berikut perbandingannya; setiap liter air cucian beras ditambah 50 ml EM dan 50 ml molas, lalu dikocok dan ditutup rapat.

Setelah satu minggu difermentasi dalam wadah tertutup, limbah air cucian beras sangat bagus untuk pupuk organik, dengan melarutkannya ke dalam air. Perbandinga; 1 liter fermentasi air cucian beras dilarutkan ke dalam 100 liter air, lalu disiramkan ke tanah atau pot tanaman. Atau bisa disemprotkan ke daun tanaman. Metode sederhana ini sangat berguna untuk memulai pertanian organik dari rumah tangga.

*) Direktur Utama PT Karya Pak Oles Group. linktr.ee/pakolescom

Komentar