Lingkungan Bersih, Sapi Sehat Dengan EM4
- 01 Juli 2021
- 18:57 WITA
- Peternakan
Peternak sapi asal Lombok, Sarwanik (60) memang konsen menjaga kesehatan ternak. Hasilnya, kandang bersih, bau kotoran ternak hilang berganti aroma fermentasi, lalat yang biasa terlihat bergerombol di seputar kandang juga tidak terlihat. Apa rasahasianya, ia menggunakan teknologi EM4. Menurutnya aplikasi EM4 membuat lingkungan kandang sehat, Bau limbah ternak sebagai sumber masalah selama ini di seputar kandang hilang dengan EM4, “Bau kotoran sapi masalah yang kita hadapi selama ini, namun setelah aplikasi EM4 pada sanitasi kandang, bau tersebut perlahan berkurang dan hilang.
Sarwanik sebelum menggunakan EM4 mengaku, sangat kesulitan mengatasi bau limbah ternak, bau kotoran sapi tercium dari lingkungan kandang, upaya membersihkan kandang secara rutin telah dilakukan, namun tidak memberikan hasil yang memuaskan. “Bau masih saja tercium, lalat - lalat juga terlihat bertebangan di sekitar kandang. Jika tidak cepat diatasi, bisa menjadi sumber penyakit dan menganggu hewan ternak, nafsu makan sapi bisa berkurang,” keluhnya saat itu.
Tapi sekarang setelah menggunakan EM4, bau limbah ternak perlahan hilang, selain itu, kandang bebas dari lalat. Yang membuat hatinya, senang, nafsu makan sapi meningkat dari sebelumnya, sapi juga terlihat sehat serta jarang terserang penyakit. Pertambahan bobot sapi yang cepat, berimbas pada usahanya. Iapun mendapatkan untung besar, dari perputaran sapi yang cepat di peternakannya. Untuk sanitasi kandang, Sarwanik menyemprotkan EM4 secara rutin, 2 - 3 kali setiap hari pada kandang. Larutan digunakan merupakan campuran EM4, molase dan air dengan perbandingan 1 :1:100. Larutan tersebut sebelumnya, didiamkan selama dua hari. Penyemprotan dilakukan tidak hanya pada lingkungan kandang, kotoran sapi yang menumpuk juga tak luput disemprot larutan EM4.
Hal tersebut dilakukan agar tidak berbau dan kotoran tidak mengundang lalat. Limbah tersebut, selanjutnya diolah sebagai pupuk organik (Bokashi) yang memiliki nilai ekonomis. Di pulau Lombok khususnya, pemeliharaan sapi dilakukan secara kelompok dalam suatu kandang kolektif. Namun sayangnya, belum banyak yang memikirkan pengelolaan limbahnya (kotoran) menjadi pupuk yang bernilai ekonomis. Sebagian besar peternak belum mengelola dan memanfaatkan kotoran ternaknya tersebut. Menurut Sarwanik, satu ekor sapi rata-rata menghasilkan kotoran rata-rata 10-25 kg/ hari. Apabila dalam satu kandang kolektif dipelihara sebanyak 100 ekor sapi maka kotoran yang dapat dikumpulkan adalah 2.500 kg. Limbah ternak dapat lebih bermanfaat setelah melalui proses pengolahan dengan cara fermentasi menjadi Bokashi. Keengganan peternak untuk memproses kotoran ternak menjadi Kompos (proses pembusukan) disebabkan oleh lama waktu yang dibutuhkan selama proses pengomposan lebih kurang 2 bulan. Namun dengan adanya berbagai teknologi, kotoran ternak dapat didekomposisi menjadi Bokashi dalam waktu yang lebih singkat yakni 4 – 7 hari saja. Bahan-bahan yang dibutuhkan - Kotoran sapi : 80-83% - Kapur gamping : 2% - Pemacu mikroorganisme (EM4) : 0,25% - Air secukupnya - Serbuk gergaji : 5% - Abu sekam : 10% Alat-alat yang digunakan - Sekop - Cangkul - Alat pengangkut dan mengumpulkan kotoran (grobak sorong) - Tempat pembuatan dan penyimpanan (semacam gudang).***
Komentar