Petani Rawat Tanaman Kucai dengan EM4

Memang selama ini petani kucai di Tegal, Jawa Tengah (semacam batang saledri yang biasa untuk campuran soto, empal gentong (khas Cirebon), laksa, dan campuran kuliner lainnya, tak selalu dibudidaya. Pasalnya, hasilnya relative tak berubah seiring dengan bergulirnya waktu. Bahkan produktivitasnya menurun tiap pergantian musim.

Banyak petani beralih pada tanaman lain yang prospeknya lebih menguntungkan. Beda halnya dengan Hairi, lelaki dua anak ini tetap setia pada kucai. ia tetap setia dan menanam kucai pada lahannya. Tidak seperti petani lainnya, kucai yang terdapat di lahannya tumbuh subur dan produksinya meningkat tiap kali panen. Hasil tersebut jauh beda dengan petani lain yang panennya menurun. “Pokoknya ngak rugi, tiap kali panen jauh lebih baik dari petani kucai lain, jelas lelaki usia 30-an ini merendah.

Keberhasilan Hairi tak lepas dari kebiasaanya, tanaman kucai ia rawat menggunakan pupuk organik, mulai persiapan lahan, penanaman, perawatan hingga menjelang panen. Sementara petani lain lebih memilih menggunakan pupuk kimia pada budidaya kucai. Hairi menyadari penggunaan pupuk kimiayang digunakan dalam jangka panjang dapat merusak tanah. Oleh karena itu, ia lebih memilih menggunakan pupuk organik pada budidaya kucai. “Memang pada awalnya pupuk kimia bagus pada kucai, namun pada musim tanam berikut dan berikutnya produksi tanaman dipastikan menurun, hal ini disebabkan tanah jenuh dan rusak karena pengaruh pupuk kimia, mereka ngak sadar penurunan produktivitas kucai akibat kecerobohan mereka menggunakan pupuk kimia,” terang pria bersahaja ini.

Pada budidaya kucai, sebelum lahan ditanami, Hairi menebar pupuk organik Bokashi sebagai Pupuk dasar, Bokashi dibuat dari hasil olahan berupa hijau daun, jerami, dedak, dan kotoran sapi yang difermentasi EM4. Pada lahan seluas 4000 meter persegi, ia sebar sebanyak 5000 kg Bokashi. Jumlah Bokashi tersebut lebih banyak 1000 kg dibandingkan pedoman kebutuhan pupuk Bokashi, yaitu 10 ton per-hektar atau dibutuhkan sebanyak 4000 kg untuk lahan 4000 meter pesegi. Pria asal Tegal ini menjelaskan, sebisa mungkin pemberian pupuk organik jangan sampai kurang, Bokashi diberikan lebih banyak justru lebih baik pada tanah dan tanaman, “Bokashi dapat menyediakan berbagai unsur-unsur senyawa, zat dan mineral yang diperlukan bagi tanaman, sekaligus menyuburkan tanah” jelasnya.

Sementara benih kucai yang digunakan sebanyak 2400 gram pada lahannya. Sebelum ditanami, tanah diolah dan dicangkul sehingga Bokashi tercampur merata dengan tanah. Lalu dibuat bedengan selebar 1,5 hingga 2 m panjangnya sesuai kondisi lahan, antar bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm dengan lebar sekitar 30 cm. setelah satu mingggu lahan ia tanami benih kucai dari persemaian. jarak tanam digunakan sekitar 15 cm pertanaman.

Penyiraman dilakukan sehari sekali kurang lebih satu minggu setelah penyemaian, Selanjutnya, intensitas penyiraman dikurangi menjadi dua hari sekali. Air yang digunakan adalah campuran EM4 aktif dan air, dosisnya 2 cc EM4/Liter,” tujuan permberian EM4 untuk memberi nutrisi pada tanaman,” jelas Hairi Perawatan tanaman dilakukan hanya dengan mencabut gulma atau rumput yang tumbuh di sekitar tanaman. Setelah dua minggu, kucai dipanen. Pemanenan dilakukan dengan hanya memotong daunnya saja, dua hari sekali dilakukan pemanenan. Hairi juga memberikan pupuk susulan setiap 4 bulan sekali yaitu dengan menyebar Bokashi di sekitar tanaman untuk menjaga produktivitas tanaman.

 Melalui penggunaan pupuk Bokashi, kucai dapat tumbuh subur dan memiliki kualitas baik, dengan batang kuat, berwarna hijau terang. Ia juga tidak perlu repot menjual kucai, karena ada pedagang yang datang langsung kekebunya dan membayar dengan harga tinggi. Tidak hanya itu, kebutuhan kucai di Kota Tegal dipasok dari kebunnya. Kucai dari lahanya juga mengisi supermarket di daerah Tegal bahkan hingga Brebes, Jawa Tengah. “Belum banyak petani budidayakan kucai secara organik, saya coba budidayakan kerena pasar masih terbuka lebar, kucai banyak dicari orang untuk digunakan sebagai hidangan sehari-hari ataupun sebagai bahan pelengkap pada usaha kuliner,” terang Hariri. Ia juga menyarankan kepada petani yang ingin mengikuti jejaknya untuk selalui menggunakan pupuk organik dan menghindari pupuk kimia, Untuk hasil yang lebih baik, ia menyarangkan kepada petani menggunakan EM4 yang sudah ia buktikan.***

Komentar