Dengan EM4 Kualitas Kompos Sangat Baik

Melalui Teknologi EM4, pengusaha telur ayam asal Semedang ini dapat membuat bokashi kotoran ayam dengan sempurna, tidak hanya itu, pupuk organik dari kohe ayam ini memiliki tampilan menarik dan kaya unsur hara. Iapun tidak sulit untuk memasarkan pupuk tersebut, terlebih dengan kelebihan yang dimilikinya, yaitu kualitas yang baik sehingga dapat bersaing dengan kompetitor lain. Pembuatan bokashi dilakukan Sukirman pemilik peternakan ayam petelur ini adalah untuk memberi nilai lebih pada limbah kotoran ayam sehingga mempunyai nilai ekonomis sekaligus mengatasi masalah limbah kotoran ayam yang perharinya bisa mencapai 15 ton.

Sukirman (55) th, memulai usaha ternak ayam petelur sejak tahun 2006, peternakan dibangun dengan konsep modern di  Bogor, Jawa Barat. Populasi ayam mencapai 150 ribu ekor, produksi telur rata-rata bisa mencapai 800 kg perhari. Telur dari peternakan ini selanjutnya didistribusikan untuk wilayah Sukabumi, Bogor, Jakarta dan sekitarnya. Selain telur, peternakan ini juga menghasilkan limbah kotoran ayam yang tidak sedikit jumlahnya, perhari rata-rata sebanyak 15 ton kotoran ayam dihasilkan dari peternakan ini.

Limbah inilah yang selajutnya diolah dan dibuat bokashi. Alat-alat berat pun dipergunakan di dalam proses pengomposan berskala besar ini kompos dibuat mengacu pada standar baku kompos, hanya saja bahan utama adalah limbah kotoran ayam. Bahan utama ini lalu ditambah jerami dan serbuk gergaji. Selanjutnya bahan tersebut diaduk rata lalu ditutup dan dibiarkan selama satu bulan hingga jadi kompos. Proses pengomposan yang ia lakukan tidak berjalan mulus, kompos yang dibuat hingga belasan ton, mengeluarkan bau tidak sedap dan mengundang lalat, selain itu pada kompos ditemukan kadar air tinggi. usaha mengatasi masalah tersebut dilakukan Sukirman dengan menambah abu gosok dan memperbanyak penambahan serbuk gergaji pada kompos, pengadukan bahan kompos juga dilakukan tiap hari menggunakan alat khusus dari Cina untuk mengurangi kadar air. Namun upaya tersebut, tidak membuahkan hasil dan masih belum sesuai harapannya, kandungan air pada kompos masih cukup tinggi, bau menyengat juga tidak bekurang, bahkan ditemukan banyak ulat pada bahan kompos.

Tidak hanya itu, timbul juga masalah baru, warga sekitar mulai mengeluhkan bau tak sedap. Iapun mencoba mengatasinya, banyak pilihan bahan untuk mengatasi masalah kompos, namun penambahan bahan tersebut berpengaruh dengan biaya produksi yang besar, semisal dengan menambah arang sekam, setelah dihitung, penambahan bahan ini belum dapat menutup biaya produksi dengan nilai jual kompos hingga ia tertarik dengan teknologi EM4 yang diproduksi oleh PT Songgolanggit Persada. Setelah dilakukan penelitian ditemukan limbah kotoran ayam yang digunakan sebagai bahan utama kompos memiliki protein dan amoniak tinggi, faktor inilah yang menyebabkan bau menyengat, tingginya protein dan amoniak tersebut imbas dari pakan ternak kaya nutrisi yang diberikan pada ayam. Sedangkan kadar air tinggi, disebabkan banyaknya air yang ikut terangkut saat pembersihan kotoran ayam pada kandang.

Karena itu Sukirman menggunakan Teknologi EM4 yang berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan. Mikroorganisme tersebut terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, aktinomysetes, dan jamur peragian. Bakteri yang terkandung dalam EM4 mampu mengolah atau menguraikan bahan-bahan organik dengan cepat secara fermentasi menjadi bokashi sehingga tidak menimbulkan bau busuk melainkan menimbulkan aroma fermentasi yang segar, EM4 juga dapat memperkaya unsur hara makro dan mikro pada bokashi. Sedangkan masalah kadar air tinggi, disarankan untuk menambahkan bahan cocopeat atau serbuk sabut kelapa pada bahan bokashi tersebut. Bahan cocopeat bisa menyimpan air 6 x dari volumenya, artinya 1 kg coco peat bisa menyimpan 6 kg air. Selain itu, coco peat ini jika diolah menjadi pupuk banyak mengandung unsur hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan bagi tanaman, berupa kalium (K), kalsium (Ca), natrium (Na), magnesium (Mg) dan fospor (P). Jadi Campurkan larutan EM4 dan molase / gula dengan air, dengan perbandingan 1 : 1 : 100, kemudian didiamkan selama 2 hari agar terjadi proses fermentasi. Larutan tersebut dapat disemprotkan pada limbah ternak dengan kapasitas limbah 1 ton. Sukirman mengikuti saran yang diberikan, bokashi dibuat dengan teknologi EM4, dan benar saja, setelah EM4 digunakan dalam proses pengomposan tersebut, bau tak sedap tidak lagi tercium, berubah dengan aroma fermentasi, lalat-lalat juga tidak lagi terlihat di tempat penampungan limbah, kadar air tidak lagi tinggi.

Sukirman mengatakan, penerapan EM4 sangat mudah, hanya disemprotkan pada bahan bokashi, harga EM4 juga tidak terlalu mahal tetapi fungsinya cukup besar, “EM4 juga mempercepat pengomposan dalam skala besar secara sempurna,’ ucapnya. Setelah mengetahui hasil uji analisis pada kompos produskinya, menunjukan hasil yang cukup memuaskan, kompos memiliki kualitas baik, yang kaya unsur hara, berpenampilan menarik berwarna coklat kehitaman, aroma kompos tidak berbau menyengat.  Kualitas bokashi yang cukup baik ini sudah tentu keuntungan bagi dirinya. Iapun tidak kesulitan memasarkannya, bokashi produksinyapun telah tersebar di wilayah Sukabumi, Jonggol, Bogor dan sekitarnya. Sukirman memperoleh keuntungan yang tidak sedikit dari usaha bokashi tersebut.***

Komentar