Sayuran Organik Konsumsi Masyarakat Dunia

Di negara maju, pertanian organik semakin berkembang dengan meningkatnya permintaan masyarakat dunia akan sayuran organik yang begitu tinggi. Di Indonesia sendiri, sayuran organik sekarang semakin popular. Bahkan super market di Pasuruhan dan Malang Jawa Timur, kewalahan memenuhi kebutuhan pasar mereka akan sayuan organik. Petanipun mengaku tak mampu memenuhi permintaan tersebut. Rata-rata setiap bulan para petani memasok sekitar empat ton sayuran organik.

Saat ini masyarakat sudah semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan mulai mencari sumber makanan yang alami alias tanpa bahan kimia. Pemerintah bersama beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang cinta lingkungan serta beberapa perusahaan swasta yang konsen dengan produk organik seperti PT. Songgolangit Persada membantu dengan melakukan sosialisasi pertanian organik kepada masyarakat dan melakukan kegiatan pelatihan-pelatihan. Di Bali pelatihan pertanian organik diselenggarakan oleh IPSA (Institut Pengembangan Sumber Daya Alam) pimpinan Gede Ngurah Wididana kepadamasyarakat luas, termasuk penyuluh pertanian, para pensiunan pegawai negeri maupun swasta yang ingin menghabiskan waktu tuanya dengan bertani serta para petani yang ada di daerah seluruh Indonesia.

 Upaya sosialisasi pertanian organik yang ditargetkan tersebut bukanlah hanya bertujuan untuk meningkatkan kebutuhan konsumsi sayuran organik dan upaya memberikan kesadaran pada masyarakat untuk memilih sumber pangan yang alami demi kesehatan, tetapi memberikan edukasi bagaimana bertani organik dengan biaya yang murah dan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Karena itulah, kebutuhan bahan makanan yang sehat dikalangan masyarakat mendorong permintaan sayuran organik semakin tinggi. Walhasil, pasar ekspor sejumlah jenis sayuran, kini laris manis. Sebut saja buncis prancis (french bean), tomat, brokoli, lotus (sejenis selada), pakcoy (sawi sendok), buncis jimbaran, lobak, daun bawang, daun seledri, dan parsley (seperti seledri), serta tanaman hias leatherleaf (pakis) dan lain-lain.

Sejumlah komoditas itu dikirim ke Singapura, Malaysia, dan Jepang. Untuk menggiatkan petani,  pihak pemerintah berkali-kali mengingatkan agar petani beralih ke pertanian organik dan mendorong upaya pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan pertanian berbasis pertanian organik, karena selain lebih menyehatkan juga biayanya lebih murah dibanding menggunakan pupuk kimia. Tak hanya itu, harga jual hasil pertanian organik menjadi lebih mahal bahkan dua kali lipat dibandingkan tanaman pangan non-organik sehingga jauh lebih menguntungkan bagi petani.

Pertanian organik bagus dikembangkan karena bisa memberikan nilai tambah cukup besar yaitu biaya murah dan harga jual tinggidan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan tidur yang belum dipakai untuk dijadikan areal kebun. Kebun tersebut bisa ditanami tanaman sayur-sayuran yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan dapur sehari-hari. Menteri pertanian ini juga mengaku, sedang melakukan pembinaan untuk petani holtikultura sehingga bisa menerapkan standar budidaya tanaman komoditi internasional. Ini meliputi kaedah penggunaan pestisida, serta pemupukan.

Memang,kemajuan hasil pertanian juga tergantung motivasi petani, mau apa tidak dalam mengembangkan sejumlah varietas unggulan? Dan beralih ke komoditi pertanian organik serta tentunya mengetahui jalur distribusi pemasaran produk setelah dipanen. Isu pengembangan pertanian organik sudah semakin nyata. Tingkat kesuburan tanah yang merosot, pencemaran lingkungan, usaha pertanian konvensional yang semakin tidak konpetitif karena mahalnya pupuk kimia. Sedang satu sisi bahan baku pupuk organik banyak tersedia atau melimpah, teknologi proses produksi yang relatif mudah serta prospek pemasaran yang menjanjikan. Semua ini mendorong untuk terciptanya pertanian organik yang kita harapkan. ***

Komentar