Meraup Rupiah dari Limbah Ternak Sapi

Bukan sekedar coba coba, tapi terencana, dan sistematis apa yang dilakukan Kelompok Tani Ternak (KTT) Setiawan Banjar Sangging, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan Tabanan, dalam mengelola limbah dan system rantai makanan yang efektif sehingga menghasilkan usaha yang bernilai ekonomis.

Punya ternak sapi, punya teknologi pengolahan limbah asal Jepang (EM4), punya lahan pertanian yang ditanami Jagung yang limbahnya bisa menjadi pakan ternak, punya ternak ayam, punya bioreactor dan lain-lain.

Semuanya itu saling menghasilkan. Tanaman jagung berkualitas, limbahnya menghasilkan pakan ternak, Ternak menghasilkan daging yang banyak (gemuk-gemuk), Bioreactor menghasilkan gas untuk memasak, Kotorannya menghasilkan limbah yang dijadikan pupuk organic baik padat maupun cair termasuk pestisida organic yang bernilai ekonomis yang konon, pemasarannya menembus hampir seluruh daerah di Bali dan sangat diminati oleh petani kebun bunga dan tanaman hias.

Sedang Teknologi EM4 mencegah bau tidak sedap pada kandang dan tempat pembuangan kotoran ternak, mengurangi jumlah lalat dan serangga ternak, memperbaiki kesehatan ternak, mengurangi ketegangan (stres) ternak, memperbaiki mutu daging ternak, memperbaiki kesuburan ternak, memperbaiki mutu kotoran ternak dan lain-lain.

Sanitasi dengan menggunakan EM4 akan menekan pertambahan mikroorganisme yang merugikan, sehingga lingkungan kandang dan kesehatan lebih terjaga baik terhadap hewan, manusia maupun lingkungan sekitarnya. Bau busuk kandang dan serangan penyakit pada ternak adalah disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan. Hal ini akan menimbulkan zat-zat yang berbahaya dan beracun seperti amonia, hodrogen sulfida, dan lain-lain.

Selain sanitasi dengan technology EM4 juga dapat dibuat pakan dengan biaya yang cukup murah. Biaya pembuatan PAAS berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh tenaga lapangan PT. Songgolangit Bali dan Anggota Kelompok Nandi Abian.

 Komposisi pemberian PAAS di sesuaikan dengan berat badan ternak sapi, dengan menambahkan daun gamal dan batang pisang diharapkan dapat meningkatkan bobot badan lebih dari 500 gr/hari.

Target peningkatan berat badan yang diharapkan dengan pemberian PAAS saja adalah 500 gr/hariKTT Setiawan Menjadi Pilot Projek Sebuah usaha pertanian dan peternakan terpadu yang menggelitik dinas-dinas pertanian dan peternakan baik dari Propinsi Bali maupun dinas dari propinsi-propinsi lain.

 Menurut Agung Wijaya, yang menjadi coordinator lapangan KTT, Limbah yang sebelumnya dibuang begitu saja oleh peternak karena tidak mengetahui teknologi pembuatannya, kini menjadi matadagangan bernilai ekonomis, karena tiap bulan dapat diproduksi kurang lebih 150 ton pupuk organik. Pupuk dalam kemasan 15 kg itu dijual Rp 15.000 atau Rp 1.000/kg sehingga total penghasilan tiap bulannya sekitar Rp 150 juta. ‘’ Di hitung secara kasar, hasil dari penjualan pupuk organik tiap hari rata-rata Rp 5 juta.Ya ini perhitungan kotor.

Tapi yang pasti mampu menghidupi karyawan yang jumlahnya sekitar 40 orang,’’katanya. Kreativitas kelompok ternak yang diketuai I Gusti Agung Bagus Budiarsa itu, dalam memproduksi pupuk kandang, selain memanfaatkan limbah ternak anggota kelompok, juga membeli kotoran sapi dan kotoran ayam dari sejumlah kelompok ternak lainnya. Pupuk ramah lingkungan itu pun pemasarannya kini menjangkau sejumlah kabupaten di Bali, termasuk dijual oleh para pedagang tanaman hias di pinggiran Kota Denpasar. Artinya pula, tidaklah sia-sialah, aparat Dinas Peternakan di Kabupaten Tabanan mendorong terus menerus terbentuknya kelompok-kelompok ternak.***

Komentar