Aplikasi EM4 Hasilkan Panen Pare Berlimpah

Sayuran yang satu ini banyak dikenal  orang, tetapi tidak semua orang suka dengannya. Pasalnya, sayuran ini terasa pahit. Apalagi kalau cara memasaknya tidak benar, bisa tambah pahit di lidah. Bagi masyarakat yang suka pahit, sayuran pare menjadi pilihan menu makanan yang menyegarkan. Biasanya buah pare, sangat enak disantap sebagai lalapan dengan sambal. Bisa juga ditumis dan digoreng dengan ikan asin atau kulit melinjo. Kalau tahu cara memasaknya, pare tidak terasa pahit.

Diah istri Pono seorang petani pare dari Metro Lampung Tengah ini, paling suka membuat gado-gado yang salah satu sayurannya adalah pare. Diah pun memberikan tipsnya agar pare tidak pahit. Yakni, setelah pare diiris tipis-tipis taruh dibaskom, dikasih garam, lalu diremas-remas agar air yang terkandung dalam pare keluar, kemudian cuci bersih dan tiriskan. ‘’Setelah itu terserah mau masak apa aja, pare menjadi tidak terlalu pahit,’’katanya. Siomay pasti tahukan? Makanan dengan bumbu kacang ini juga menggunakan pare sebagai sayurannya, karena rasanya yang pahit-pahit menyegarkan.

Pare juga sangat kaya akan manfaat, salah satunya untuk penderita diabetes. sebuah studi dari Jurnal Ethnopharmacology menyatakan bahwa baik pare segar maupun yang dikeringkan dalam jumlah 1.5 ons - 3 ons bisa membuat kadar gula darah turun sebanyak 48%, membuat toleransi glukosa membaik tanpa terjadi peningkatan insulin, serta memperbaiki kadar gula darah. Pare juga bisa mengatasi jerawat yang biasa menjangkiti anak-anak abg (anak baru gede). ‘’Suami saya sering makan buah pare, tubuhnya alhamdulillah selalu fi t, kadang dia seharian di ladang mengerjakan pekerjaannya sehari-hari yakni membersihkan ladang,’’kata Diah yang bersiap-siap panen pare di atas lahan seluas 3000 m2 miliknya.

Pagi itu memang cuaca cukup cerah, padahal di kawasan ini sedang musim hujan. Beberapa pekerja sudah terlebih dulu datang ke ladang membawa keranjang dan karung beras berwarna putih untuk mengumpukan pare untuk di bawa ke pasar. Dalam perjalanan menuju ladang, Pono menceritakan pare yang ditanamnya adalah pare organik dengan teknologi EM4 ‘’Sayang tidak bisa dicicipi nih, karena pahit, tapi kalau suka monggo silahkan saja,’’katanya sambil tertawa lepas. Canda Pono membuat pekerja yang sedang panen ikut tawa. Begitulah suasana panen yang menyenangkan dengan hasil yang menggembirakan.

Paria atau pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman sayuran setahun atau tahunan, termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Ada 2 tipe kultivar yang menghasilkan buah meruncing pada ujungnya, dan kultivar yang menghasilkan buah yang tidak meruncing. Buah paria merupakan sumber vitamin C, vitamin A, fosfor dan besi. Ujung batang paria merupakan pro-vit A, protein, tiamin dan vitamin C. Paria cocok dibudidayakan pada daerah dengan ketinggian 0-1000 m dpl dengan pH 5-6. Tanaman ini beradaptasi dengan baik pada tanah lempung berpasir dengan draenase baik dan kaya bahan organik. Suhu optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 24-270C. Pono juga menceritakan parenya ditanam di atas bedengan, dengan ukuran lebar 1,5- 2,5 m, panjang disesuaikan dengan kondisi lahan, tinggi bedengan 20 cm pada musim kemarau dan 30 cm pada musim hujan. Jarak tanam 100 x 100 cm, 75 x 75 cm, atau 45 x 60 cm dalam barisan dan 120 x150 cm antar baris. Dalam satu bedengan terdapat dua barisan. Pupuk bokashi digunakan bersamaan dengan pengolahan lahan sebanyak 10 ton/ ha dengan cara ditabur secara merata, atau ditempatkan pada lubang tanam 3 minggu sebelum tanam. Penanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan ditanam langsung dan dengan semai terlebih dahulu. Tanaman yang mati atau tidak tumbuh harus segera disulam. Sedang cara membuat bokashi pertama larutkan EM4 dan molase ke dalam air dengan dosis 1-10 cc per liter air. Campur bahan-bahan bokashi (daun hijau, jeram, dedak, pupuk kandang, dll) tersebut secara merata. Siramkan larutan EM4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30%(bila adonan di kepal dengan tangan, air tidak akan keluar dari adonan dan bila kepalan dilepas kembali maka adonan akan megar). Adonan digundukkan di atas ubin kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni selama 3-4 hari. Periksa suhu setiap hari. Pertahankan suhu gundukan adonan 40-50 o C. Jika suhu lebih dari 50 o C, bukalah karung penutup dan gundukan dibalik-balik agar suhunya turun mendekati suhu 40-50 o C, kemudian ditutup kembali. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.

Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam sekali. Setelah 4-7 hari, bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik. Pemeliharaan tanaman dengan pemberian para-para, penyiangan, pengairan, pemupukan, pruning (pemangkasan) dan pengendalian hama penyakit. Pohon pare memerlukan penopang, atau rambatan untuk meningkatkan produksi buah, memudahkan pengendalian serangan hama penyakit dan pemanenan. Rambatan diberikan saat tanaman berumur 3 minggu. Rambatan dapat berupa ajir, teralis, dan tunnel setinggi 1,5-2 m. Penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma bersamaan dengan pembubunan. Untuk mengendalikan gulma dapat juga digunakan mulsa alang-alang atau mulsa plastik hitam perak (MPHP). Pemasangan MPHP dilakukan setelah pengolahan tanah kedua atau setelah pembuatan bedengan.

Tanaman pare tidak tahan kekeringan, perlu penyiraman disesuaikan dengan kondisi tanaman. Pembuatan parit disekeliling guludan sangat diperlukan untuk mengurangi genangan air, hal ini dilakukan pada musim penghujan. Pemupukan susulan pertama diberikan pada saat tanaman berumur 3 minggu. Sedangkan pemupukan susulan berikutnya dilakukan dengan interval 2 minggu sampai tanaman berumur 4 bulan dengan menggunakan pupuk bokashi cairma yang sering ditemukan adalah lalat buah, Epilachna sp. Kutu daun, trips, tungau dan siput dapat dikendalikan dengan pestisida yang selektif. Penyakit yang umum ditemukan adalah berupa embun tepung, layu bakteri, layu fusarium, serkospora dan virus (CMV). Pengendalian dilakukan dengan sanitasi dan menggunakan fungisida. Panen buah konsumsi dilakukan saat buah masih belum terlalu tua. Panen sebaiknya menggunakan pisau yang tajam. Produksi buah dapat mencapai 10-12 buah per batang atau 10-15 ton/ha. Sortasi untuk memisahklan buah yang rusak dan penyakit sangat diperlukan untuk menjaga kualitas panenan. Buah pare tidak tahan lama sehingga sebaiknya segera dipasarkan setelah panen. Penyimpanan pada suhu 12- 130C dan kelembaban 85-90% dapat menjaga kualitas buah sampai 2-3 minggu.

Terbayang keuntungan di depan mata, Pono terlihat senang dengan panen yang berlimpah. Jadii tunggu apa lagi, pakai saja EM4 yang terbukti menghasilkan panen dengan produksi yang tinggi pada budidaya pare.***

Komentar