Cerita Petani Jeruk Muara Enim Beralih ke Pupuk Organik, Panen Melonjak Dua Kali Lipat
- 30 Agustus 2024
- 11:35 WITA
- Pertanian Organik
Khairul Anam, 42 tahun, akhirnya lepas dari ketergantungan terhadap pupuk kimia setelah mengembangkan metode budidaya jeruk secara organik. Salah satu petani jeruk di Desa Air Talas, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, itu mengembangkan pupuk dari fermentasi bonggol dan batang pisang. Selebihnya, dia hanya perlu menambahkan sedikit gula merah dan EM4—sejenis cairan pupuk—pertanian. Ide itu berawal dari pemakaian pupuk kimia yang tak efekti di Muara Enim. Padahal, wilayah tersebut, terutama di Kecamatan Rambang Niru, dikenal sebagai salah satu penghasil jeruk siam terbesar. Pupuk kimia ditengarai mendongrak kadar PH tanah, sehingga bisa merusak lingkungan dalam jangka panjang. Dimulai sejak 2013, Anam menginisiasi budaya pertanian lebih hijau dan alami di lingkungannya. Dia mencoba meramu pupuk dari sampah pasar, limbah kebun, dan limbah dapur. Langkah itu masih dianggap aneh lantaran tak lazim."Di pasar, kami seperti orang gila yang mengambil sampah-sampah dari pedagang. Banyak yang menertawakan saya waktu itu," kata dia.Setahun kemudian, bersama petani lainnya di kampung, Anam menggarap 28 hektare lahan untuk kebun jeruk. Sebagian besar tanaman itu hanya bertahan 3-5 tahun sebelum mati karena paparan pupuk kimia. Namun, masih ada sebagian tanaman jeruk yang bertahan berkat pupuk organik.
Pupuk organik NPK buatan Anam bisa dipecah lagi sesuai fungsi yang diinginkan. Pupuk nitrogen bisa diproduksi secara khusus dari daun-daunan, seperti ubi, gamal, lamtoro, kelor, dan daun pepaya. Campuran itu ditumbuk untuk diambil cairannya, kemudian difermentasikan. Bentuk akhirnya adalah urea cair organik.Ada juga pupuk fosfor yang dipakai ketika tanaman mulai mengelurkan kembang. Pupuk itu dibuat dari bonggol pisang, buah-buah busukl, yang kemudian difermentasikan. Pupuk ini katanya setara dengan Phonska, pupuk untuk budidaya tanaman. Pada pupuk khusus kalium, Anam menggunakan bahan baku dari sabut kelapa. Sabut direndam dalam drum berkapasitas 200 liter, kemudian diberi 10 butir ragi tapai. Ragi berfugsi untuk menghilangkan tanin, agar tidak tumbuh dan merusak sabut.“Kami sudah menguji berapa PPM (ukuran kepekatan larutan) pupuk yang kita buat. Jadi, minimal pupuk ini 3000-4000 PPM," katanya.Anam kini ditunjuk sebagai local hero oleh PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4. Ilmu soal pupuk organik dia tularkan kepada petani lain, termasuk yang berasal dari luar Desa Air Talas. Kebun milik Anam juga sering dijadikan untuk lokasi wisata petik, sekaligus ranah edukasi untuk mempelajari tips sederhana pembuatan pupuk.
Link:https://tekno.tempo.co/.../cerita-petani-jeruk-muara-enim...
Komentar