Gerakan Cinta Buah Nusantara

Sudah saatnya Indonesia membudayakan konsumsi buah lokal seperti dukuh, sawo, manggis, jambu kristal dll. Karena tanpa adanya gerakan cinta buah lokal ini dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia, buah lokal Indonesia tidak akan bisa bersaing dengan buah impor. Dan menjadi tuan di negeri sendiri.

Demikian kesimpulan seminar buah nasional di Agrinex Expo ke-9 beberapa waktu lalu di Jakarta. Sejak kecil, buah lokal memang sudah menemani hari-hari masyarakat kita khususnya mereka yang tinggal di kampung. Di Jakarta sendiri tempo dulu, misalnya wilayah Pasar Minggu sangat terkenal dan diabadikan dalam sebuah lagu anak-anak. Namun seiring dengan pertambahan penduduk, lahan potensial yang digunakan untuk menanam buah-buahan beralih fungsi menjadi area pemukiman.

Pohon buah seperti rambutan, jambu biji, pepaya, pisang kini hanya tersisa beberapa saja dan umumnya terletak di pekarangan rumah. Memang potensi buah nusantara sangat besar dan mampu bersaing dengan buah impor asalkan memiliki tampilan yang bagus dan dari segi aroma, buah lokal lebih segar. Liat saja buah jeruk, walau buah impor lebih bagus warnanya tapi dari segi aroma lebih terasa. Di dalam negeri sendiri buah lokal cukup diminati, kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah juga tinggi terbukti sekarang ini banyak penjual minuman segar seperti jus buah, sop buah atau es campur yang menggunakan buah-buah lokal seperti belimbing, buah naga, mangga, alpukat dan lain-lain.

Gerakan mencintai buah lokal memang harus dibuktikan dengan menghias menja makan dengan buah lokal bukan dengan buah impor, untuk itulah tugas pemerintah untuk memberikan image dan merubah menset masyarakat khususnya masyarakat kelas menengah atas untuk menghiasi meja makannya dengan buah lokal. Selain itu, jaga membiasakan memberikan buah tangan misalnya ketika membesuk orang sakit, pada acara keluarga untuk memberikan buah lokal sebagai buah tangan.

Karena itu, pemerintah harus terus berupaya mengajak masyarakat konsumsi buah dan sayur nusantara di tengah derasnya serbuan buah – buahan impor. Salah satunya dengan melakukan promosi dan sosialisasi mengenai manfaat buah dan sayuran nusantara bagi kesehatan, dan perannya yang signifikan bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Di samping itu, pemerintah juga harus berusaha menjaga daya saing buah nusantara dengan cara meningkatkan kualitas dan kontinuitas produksi, meningkatkan akses petani ke pasar modern melalui penguatan struktur rantai pasok dan memajukan pasar tradisional serta meningkatkan promosi dan pemasaran baik di dalam maupun di luar negeri.

Dan selanjutnya, menggalang semangat dan upaya untuk terus menjaga, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan buah dan sayuran nusantara sebagai sumber kesejahteraan, konsumsi utama bagi masyarakat Indonesia dan untuk kelestarian lingkungan hidup. Mengonsumsi buah dan sayur Nusantara juga berarti mengangkat martabat petani. Selain itu, pada dasarnya produk buah dan sayur domestik lebih aman, sehat, dan segar apalagi dengan menggunakan pupuk organik seperti beberapa binaan PT. Songgolangit Persada yang ada di seluruh Indonesia dengan produk yang sudah sangat terkenal yakni Efektif Mikroorganisms (EM4).

Apalagi sekarang ini kedaulatan pangan menjadi penting karena dilatarbelakangi keprihatinan terhadap arus deras perdagangan bebas. Karena itu, kegiatan agribisnis persoalannya meliputi hulu ke hilir harus menjadi perhatian pemerintah. Pertanian sebagian besar dikelola pengusaha mikro yang kurang modal, mereka menawarkan koperasi untuk menghadapi pasar dan masyarakat ekonomi Asean.

Dukungan Kementerian UMKM dalam Agribisnis dan kedaulatan pangan yaitu dengan memberikan pelatihan kewirausahaan, koperasi dan berbagai pelatihan lain untuk membangun pembangunan ekonomi. Upaya ini memang perlu dilakukan mengingat Indonesia merupakan negara tropis dengan potensi melimpah untuk pengembangan buah lokal hingga akhirnya bisa menembus pasar internasional.

Jika Indonesia tidak berhasil mengembangkan buah nasionalnya dikawatirkan Indonesia hanya akan menjadi penonton di negerinya sendiri. Apalagi sekarang ini, buah-buahan impor sudah membanjiri pasar dalam negeri dengan kisaran sebesar 7-8 persen dari produksi buah nasional. Buah-buahan seperti jeruk, apel, anggur, pir, plum, kiwi, dan lainlain adalah jenis buah impor yang banyak beredar di pasar modern. Padahal produksi buah nasional jauh lebih besar dibandingkan dengan buah impor, hanya saja sulit ditemukan pada pasar modern karena beberapa kendala seperti rendahnya kualitas buah, kontinyuitas pasokan buah serta sistem pembayaran konsinyasi. Sebagai warga negara yang baik, kita tentu menginginkan agar bangsa Indonesia ini maju seperti negara lain. Untuk mendukung negara terutama dalam mempertahankan eksistensi buah lokal Indonesia dengan mengkonsumsi buah lokal.***

Komentar